Jumat, 26 April 2013

This is Me


Sekarang tentang sifat-sifat guee ya, gue mau ngepost ini karena lagi gak ada kerjaan.
Wokeeee,
Gue orang yang easy going dan cueeeeeeek badai sama penampilan. Seakan-akan gak peduli. Padahal, di lemari gue ada banyak pakaian. Dari yang lagi trend sama yang jadul-jadul. Hahaha, udah lupakan yang masalah pakaian karena itu menyakitkan. Bukannya gue gak mau make tuh baju-baju, tapi gue malu. Tuh kan, Lupain ajah.
Fans berat sama lagu-lagu Smphony Metal.
Entah kenapa, sejak kenal genre Smphony metal hidup gue itu berwarna dan gak ada niatan buat ngehapus lagu-lagu itu dari file handphone dan laptop. Hehehe, pokoknya genre itu-tuh ngebuat warna baru dalam hidup gua.
Gue terkenal tomboi.
Ya. Emang. Gue jauh dari yang namanya cewek feminim. Gue itu cewek urakan. Hahaha, gue seseorang yang malas bergelut dengan hal-hal berbau ceweek. Itu kenapa gue terkesan Freak diantara teman-teman cewek gua (Bukan sahabat)
I am Introvert
Ya, sekarang kalian bisa melihatku. Tersingkir (lebih tepatnya menyingkirkan diri) dari gerombolan cewek-cewek kelas. Gue lagi duduk di pojok kelas (Sendiri) saat gue menulis ini. Menulis memberikan dunia baru. Dunia lain yang membuat diri gue lupa dengan dunia sebenarnya. Hahaha
Penyuka film thriller, novel thriller, sekaligus kartun romantis.
Hahaha, ada yang bikin gue geli dengan yang ini. Ini benar. Gue suka yang berbau thriller. Koleksi film-film gue gak ada yang gak berbau thriller. Tapi disisi lain, ada folder yang menyimpan file yang tentu membuat orang tercengang. File itu berisikan film kartun. Kayak Tangled, Brave deelel. Yang berbau kartun romance. Haha.
Pembenci Barbie
Bukan pembenci.. Tapi gue takut sama barbie. Gue beneran takut. Entah kenapa. Padahal, di rumah gue ibu gue kolektor Barbie. Tapi, gue gak pernah menyentuh barbie itu. Dulu sih waktu kecil gue suka sama Barbie. Tapi makin ke sini gue semakin takut. Entah kenapa. Gue gak pernah mau makan didepan boneka Barbie. Pokoknya, gue takut.
Penyuka Vintage dan gothic sekaligus..
Nah, gue penyuka dua gaya ini. Kamar gue bernuansa vintage. Sedangkan isi folder picture laptop bernuansa gothic. Hahaha, intinya gue suka dua gaya ituu.
Kayaknya itu aja deh yang mau gue tulis. Haha, sekian dan terimakasih.

Merekaaaaaa :D


Kali ini, gue mau pure. Gue lagi males cerita-cerita dengan kata-kata puitis. Hahaha, jadi ini cerita gue yang tanpa gue edit-edit sebelumnya.
Untuk topik kali ini gue mau cerita-cerita tentang orang-orang yang gue anggap sahabat. Yep, Orang-orang ini sudah ada dalam hidup gue sekitar dua tahun lebih. Tapi, ada juga yang baru datang dalam kehidupan gue. Hanya beberapa.
Okay, kita mulai aja ceritanya..
Gue bingung harus menulis nama siapa, karena mereka semua itu sama. Maksud gue kedudukan mereka di hati gue sama..
Well, dari yang paling lama dulu kali ya? Okee deeh.
1.     Theresa Larasati Santosa
Ini-ni sahabat dari jaman gua masih kecil banget. Sahabat dari kelas 2 sd. Ya, gue kenal dia dari 2 sd. Rumah kita berdekatan. Gimana orang ini? Hmm, dia gak cantik tapi imut. Kalian pasti akan sependapat kalau gue ngomong itu setelah melihat fotonya. Dia itu easy going, supel, dan tomboi.  Dia sekarang ada di Muntilan. Sekolah dan netep di asrama, disana. Pokoknya, sampai sekarang kita berdua masih saling kontak-kontakan.
2.    Sri Arief Wibawa Mukti
Sahabat cowok yang sampai sekarang masih sering nongkrong sama gue. Hahaha, kita berdua punya cita-cita yang sama. Jadi, Psikolog. S2 di Jerman. Dia itu gua anggap kakak. Kakak yang gak pernah gua punya. Hahaha, gue pernah malam-malam nelpon dia sambil nangis-nangis pas diputusin sama pacar (bukan pacar) gue. Pokoknya, Arief ngerti siapa gue. Kita juga punya kesukaan yang sama. Yaitu, dengerin musik, nonton film, dan main game. Hahaha
3.    Zsahwa Maula
Ini sahabat dari SMP. Dia hmm, dia kayak kakak perempuan gue.. Dia itu pokoknya lebih dewasa. Gue gak tahu mau bilang apa sama dia. Yang pasti, dia orang yang lebih daripada gue. Lebih dalam segala hal kecuali...Hmm kecuali nulis puisi (Gue jagonya #sombong #lupakan)
4.    Nilam Larassita
Rumah Laras yang ini itu sebagai ungsian gue. Rumahnya selalu terbuka lebar untuk gue. (Dasar gak tahu diri) Eitthhh, dia juga sering kok main kerumah gue. Kadang-kadang gue paksa nginep. Okay, apa yang kita lakukan kalo Laras nginep? Of course, kita cerita-cerita. Tentang gebetan kakak kelas kita. Dia ngegebet seseorang yang menurut gue kurang pantes buat dia. Sedangkan gue tentang tetangga diagonal rumah. Hahaha, didepan Laras gue pernah nangisin tetangga diagonal rumah itu. Dia tahu sebagaimana besarnya rasa gue ke tetangga diagonal.
5.    Amira Budi Mutiara
Nah, ini... Hahaha sahabat koplak gue. Ada banyak cerita konyol, bijaksana antara gua dan dia. Pokoknya susah buat ceritain satu per satu. Pokoknya dia itu koplak banget. Pernah, gue dan dia bertukar sepatu. Gak sepasang tapi Cuma sebelah. Hahahaha, ya Cuma sebelah. Selama seharian. Hahahaha konyoool.
Kita berdua kenal karena kerja kelompok gitu (kalo gak salah)
Kalian tahu? Sebelum gue dan dia benar-benar kenal kita sudah tahu satu sama lain.
And, The last
6.    Alfin Resqy
Hahahaha, gua baru kenal sekitar 6 bulanan. Dia itu.... Cowok yang so sweet (buat kebanyakan cewek) Tapi, buat gue dia itu hahahaha sama koplaknya kaya gua..
Dia itu, susah dijelaskan dengan kata-kata.
Pinter gambar, pinter bikin kata-kata.
Gak heran kalau di sekolahnya dia punya fansclub (Ini nyata) . Dia sosok yang entertaiment sebenarnya (menurut gue). Artristik banget deeh. Oh ya, dia itu juga punya kesamaan kayak gue. Penyuka hujan.
Pokoknya, dia bikin gue ngakak terus.
                Itu dia, sahabat-sahabat gue. Cuma ada 6. Dengan perbedaan karakteristik yang menonjol. Punya kelebihan masing-masing. Berada di antara mereka itu seperti berada di sekeliling aurora indah. Ya, mereka begitu hebat, membuat gue sendiri merasa terpacu sekaligus minder.
                Mereka yang membuat hidupku penuh dengan lukisan-lukisan menarik.
                Dan, Gue mencintai kalian. Seperti mencintai bagian-bagian penting lainnya di dalam hidup gue.
Dengan cinta terdalam
Yuyun Kusmilawati 

Kamis, 25 April 2013

To my illustrator


Kepada seseorang yang tinggal jauh, bertetangga dengan provinsi Jawa Barat.
Terimakasih atas mimpi-mimpi yang kau torehkan dalam lukisan hidupku.
Terimakasih atas illustrator yang kau buat.
Terimakasih, sudah bersedia menjadi temanku.
Allah telah mengirimkanmu.
Di saat kehidupanku sedang gersang-gersangnya.
Kau seperti hujan di sahara.
Kau , menjawab semua khayalan-khayalan sebelum tidur.
Begitu mudahnya, membuatku semakin percaya dengan mimpi yang menjadi kenyataan.
Denganmu, aku tahu bagaimana cara meraih mimpi yang tertoreh dilangit.
Denganmu, aku tahu bagaimana rasanya menjadi orang hebat.
Denganmu, cerita-ceritaku terasa lebih bermakna.
Aku merasakan hidup sebenarnya.
Aku merasakan menjadi diriku seutuhnya.
Aku berharap, suatu saat nanti kita dapat melakukan lebih dari itu, Tetangga provinsiku.
Karena hanya bersama kamu, segalanya terasa dekat,
Segala sesuatunya ada,
Segala sesuatunya benar,
Dan, Bumi hanyalah sebutir debu dibawah telapak kaki kita*
*dikutip dari novel perahu kertas, Dee



Kepingan Surga



Dia memulai tapi tak bisa mengakhiri. Bahkan mengemis pada Tuhan untuk mengakhiri semua yang ia perbuat pun tidak membuahkan hasil. Terkadang ia ingin mengakhirinya sesuai dengan arti kata akhir secara harfiah. Tapi, ada beberapa hal yang masih mengganjal dalam hatinya sehingga ia mengurungkan niat.
Hujan di bulan Desember semakin menjadi-jadi. Menjilat tubuh bumi dengan air ditambah lagi petir yang menggelegar. Dingin menggelitik tubuh. Dia mempererat pelukan pada lututnya. Giginya bergemeletuk.
Diambilnya satu batang rokok di dalam laci. Ia nyalakan rokok itu. Dihisapnya dalam-dalam, berusaha mengusir dingin. Mata sembap itu menatap jendela. Kosong. Pikirannya melayang ke beberapa tahun yang lalu.
“Oh my god, Daren. Apa yang kamu lakukan dengan barang itu? “ suara Reana mengagetkan Daren.
“ Just taste it, Re. Ini membuat kamu merasa lebih kuat menghadapi perceraian orang tua kita. “
Reana mengambil suntikan yang sudah menempel di lengan Daren, adiknya. “Apa-apaan kamu. Jangan mengambil tindakan berdosa, bodoh! Ayah kita duta anti narkoba tapi kamu malah mengkhianatinya. Kamu malah memakan ayahmu sendiri. Daren, open your eyes, please! “
Tangan Daren menepis tangan Reana. “Ayah mengkhianati kita. Kita pantas mengkhianatinya. Biar dia hancur sama seperti kita. Is it a sweet revenge, right?”
Air muka Reana mendadak dingin. Hatinya mulai terasa seperti batu. Ia tidak menjawab pertanyaan retoris adiknya. Dan Reana membiarkan adiknya menggali kuburannya.
*****
Malam sangat sendu membuat dirinya semakin kacau. Rambut panjang hitam legamnya sangat kusut bagaikan benang yang digulung asal-asalan. Bungkus-bungkus rokok berserakan di pojok ruangan. Ia tidak kuat lagi. Tidak tahan lagi untuk mengambil sesuatu dilacinya.
Tangannya bergetar menggapai laci. Ia berusaha sekuat tenaga untuk mengambil barang itu. Barang yang membuatnya pelan tapi pasti masuk ke dalam sakaratul maut. Dia sendiri akhirnya terjerumus sama seperti adiknya.
Sengatan seperti semut terasa masuk ke dalam lengannya. Rasa bahagia, lega, dan tenang mengalir masuk beriringan dengan cairan tersebut. Tapi, masih ada sedikit akal dalam dirinya. Dia melepas suntikan itu dari lengannya. Darah merah kehitam-hitaman keluar dari lengannya.
Dia berteriak memekik. Membuat malam menjadi sekelumit kenistaan. Dia memulai tapi tak bisa mengakhiri. Dia berdoa tapi Tuhan tak membantunya. Dia mengemis pada Tuhan tapi sepertinya Tuhan memberinya karma. Mungkin Tuhan menganggapnya anak durhaka.
“Ayah, hentikan semua ini. Ayah, kalau ada orang yang bisa aku panggil Setan, itulah ayah. Atau malah ayah lebih parah dari itu. Ayah adalah pemimpin setan. Ayah adalah lucifer. Ayah adalah lucifer dalam kehidupanku dan Daren. Lucifer dalam masa depan kami! “
Plaaak. Tamparan hangat mendarat mulus.
“ Anak tak tau diri. Bisa-bisanya mengatai ayah dengan sebutan sekeji itu. Anak durhaka. Kamu akan mendapatkan karma karena perkataanmu itu. “
“Tuhan bantu Reana. Kalau ini sebuah karma tolong hapus. Kalau itu sebuah kutukan berikan aku sebuah penawarnya. “
Reana bagaikan berbicara dengan angin. Air mata meluncur di pipi porselan Reana. Bibir kering pucatnya bergetar. Keringat dingin yang mengucur dari tubuh Reana kian menggambarkan bahwa dirinya makin kesakitan. Reana yang malang. Reana yang cantik tapi akan mati konyol karena narkoba.
*****
Reana memasuki kamar Daren. Dia merasa frustasi dengan ayahnya. Dia tidak kuat lagi atas perlakuan ayahnya kepada ibunya yang semakin semena-mena. Dia juga mulai kesal dengan ibunya karena ibunya sok kuat. Perlihatkan saja kalau dia lemah. Itu tidak akan membuat Reana semakin hancur.
Selain rasa frustasi yang merasuki Reana. Ada rasa lain yang ia rasakan. Rasa rindu terhadap kebahagian. Rasa rindu terhadap ketenangan dan tentu saja rasa rindu tentang kenyamanan.
Mata Reana mencari. Tangannya menggeledah. Ternyata benda itu ada dilemari Daren. Reana mulai memasukan cairan itu kedalam suntikan. Sengatan seperti semut masuk kedalam tubuhnya lalu digantikan dengan rasa nikmat dan menyenangkan. Dia berbaring dikasur Daren dan merasakan sensasi bahagia.
*****
Jika aku mati, aku ingin bahagia. Jika aku mati, aku ingin masuk surga. Jika aku mati, aku ingin ayah dan ibu bersatu. Jika aku mati, aku ingin menemukan cinta sejatiku. Jika aku mati, aku ingin semua orang bahagia. Jika aku mati, aku ingin mati terhormat tidak karena narkoba. Jika aku mati, aku ingin segala sesuatunya kembali seperti dulu. Bahagia. Aman. Nyaman.
Tapi, aku tahu itu tidak mungkin. Aku tahu segala sesuatunya sudah berakhir saat aku menyentuh benda itu. Aku sudah memulainya tapi aku tak bisa mengakhirinya. Aku tahu aku tidak akan bahagia. Aku tahu aku tidak akan masuk surga. Aku tahu aku tidak akan mati terhormat. Aku tahu semua yang kuinginkan hanyalah angan.
Aku tidak sekuat yang kubayangkan. Aku rapuh. Aku hancur. Aku kepingan kertas yang telah dibakar. Tuhan, apa masih ada sedikit takdir baik untukku? Apa masih ada jalan untuk bahagia?
Saat itu aku butuh sebuah pelampiasan. Aku butuh rasa bahagia. Aku butuh rasa aman. Tuhan, maukah Kau memberiku kesempatan kedua? Tuhan, maafkan aku. Aku butuh hidupku. Aku ingin hidupku kembali.
Tuhan, jika kau tidak memberikanku kesempatan kedua, berikan aku kepingan kecil surga. Kepingan yang membuatku yakin kalau aku masuk surga. Kalau aku lebih baik mati ketimbang hidup. Tuhan, Berikan aku kepingan itu.
Tuhan, aku takut jika kau tidak memberikan kepingan itu. Aku takut jika aku disiksa. Aku takut jika kematianku lebih mengenaskan ketimbang kehidupanku.
*****
Jakarta, 14-Febuari-2013
            Anak dari mantan duta anti narkoba, Reana Renata ditemukan tewas dikamarnya pada kamis dini hari tadi. Dia ditemukan sangat mengenaskan. Disebut-sebut Reana meninggal karena narkoba.
Baru dua bulan yang lalu anak kedua dari Sastono Kusworo ditemukan meninggal di panti rehabilitasi karena HIV yang diidapnya.
Pada saat ini pemeriksaan masih berlanjut dikediaman Sastono Kusworo. Ditemukaannya beberapa jenis narkoba di kamar Reana yang memperkuat bukti bahwa penyebab kematian Reana  dikarenakan overdosis.
*****



Diantara Harapan



Harapan menaruh perhatian pada kebaikan, dan bukan berulang-ulang mencari keburukan. Harapan selalu membuka pintu di mana putus asa senantiasa menutupinya. Harapan mencari apa yang bisa dikerjakan dan bukan menggerutu karena ketidaktahuan. Harapan memancarkan kepercayaan terhadap Tuhan dan kebaikan alam.
Harapan ‘menyalakan terang’, bukannya ‘mengutuki kegelapan’. Harapan melihat masalah besar atau kecil sebagai kesempatan. Harapan tidak menghargai khayalan, juga tidak mengungkapkan kesinisan. Harapan selalu membentangkan tujuan besar dan tidak frustasi dengan kegagalan atau kemunduran. Harapan selalu mendorong ke depan ketika mundur begitu mudah dilakukan.*
*****
Kaki kapalannya tidak kuasa menahan panas. Tapi, hari ini dia harus terus berjalan agar barang dagangnya laku. Tidak peduli kulit ari kakinya semakin parah. Ia harus mendapatkan uang. Demi ibunya yang sakit dan demi adik-adiknya yang menunggu sambil menahan lapar.
Tubuh kurusnya terus berjalan menyusuri perkampungan. Ia terus berteriak-teriak menyebut nama makanan yang dijajakan. Tidak ada seorang pun yang tertarik dengan nama makanan tersebut. Tak satu pun dari mereka yang berniat untuk membeli.
Tapi, ia terus berjalan agar barang dagangnya dapat terjual habis. Ia harus mendapatkan uang. Demi ibunya yang sakit dan demi adik-adiknya yang menunggu sambil menahan lapar. Oh Tuhan, kaki kecil anak itu semakin tidak kuasa menahan panas. Tidak ada alas kaki. Tidak ada sandal yang melindungi kaki kecilnya itu.
Dia terus berjalan. Tak boleh putus asa. Kalau dia putus asa dan menyerah, Ibu dan adik-adiknya tidak akan makan lagi. Ibu dan adik-adiknya akan mati kelaparan. Dia tidak mau itu terjadi. Membayangkannya saja sudah mengerikan.
Perut kerempengnya berbunyi. Dia lapar. Tidak akan ada tenaga jika dia makan. Manggis kecil yang ada di kantong keresek diambilnya. Ini yang tersisa selain dagangannya. Ia makan manggis itu. Legit rasanya. Semoga glukosa yang terkandung dalam manggis itu membuat tenaganya terisi kembali.
Suara khasnya mulai berteriak-teriak lagi. Ia susuri seluk demi seluk perkampungan itu. Tuhan, hamba mohon dimurahkan rejeki kali ini. Doa kecil ia panjatkan kepada Tuhan. Apakah Tuhan mendengarkannya? Bahkan si anak kecil itu tidak peduli. Yang ia pedulikan adalah Ibu dan adik-adiknya. Ia memanjatkan doa itu hanya untuk menambah semangat.
Tiba-tiba seorang pembeli memanggil-manggil namanya. Bibir yang mengkerucut tiba-tiba mengembang membentuk senyuman manis. Dibalik ketidak peduliannya terhadap doa kecil yang ia panjatkan, Tuhan mendengarkan.
*****
Seseorang berlari menghampirnya. Anaknya yang paling tua. Tangannya menyerahkan dua lembar uang lima ribuan. Senyum bahagia terhias dari anaknya. Direngkuhnya tubuh renta milik ibunya.
Oh Tuhan, dia anak yang sangat berbakti. Jangan sengsarakan hidupnya. Jangan buat dia menjadi seseorang yang susah sepertiku. Dan berikanlah dia tempat yang terbaik disisimu jika suatu saat dia telah tiada.
Doa dipanjatkan. Dia berdoa setulus hati. Meminta kepada Tuhan agar hidup anak sulungnya bahagia. Dia tidak ingin anaknya memiliki garis nasib sepertinya. Dia tidak ingin anaknya menderita berkepanjangan.
 Dia berharap anaknya memiliki hidup baik. Tidak diremehkan orang lain dimasa depan. Tapi adakah masa depan untuk keluarga-keluarga sepertinya? Adakah secercah sinar didalam gua yang tak pernah terjamah matahari? Dia tidak tahu. Yang ia tahu hanya berharap dan menjalani hidup.
*****
Seorang atlit bulu tangkis terus berlatih, mempertajam permainannya. Ia tidak peduli kalau hari sudah larut. Yang ia pedulikan hanya peningkatkan permainan. Seorang pelatih yang duduk di pinggir lapangan terus menilainya. Kritikan- kritikan pedas terus diluncurkan pelatih itu. Tapi ia tidak peduli. Yang ia pedulikan adalah kata ‘peningkatan’.
Lawannya dipertandingan besok sangat tangguh. Dia adalah atlit muda yang berbakat. Lawannya itu bisa saja mengambil posisi yang sudah lama ia pertahankan. Tapi dia tidak akan memberikannya. Dia akan terus mempertahankannya.
Dalam masa kejayaan mungkin atlit akan dipuji-puji tapi dalam masa tua mungkin atlit akan dibuang seperti sampah. Tapi lagi-lagi ia tak mau ambil pusing. Dia terus mempertahankannya walaupun dia tahu kemungkinan nasibnya akan seperti itu. Dia hanya ingin mempertahankan posisinya. Tidak peduli masa depan. Yang dia hadapi adalah masa kini bukan masa depan.
Jadi, dia terus berjalan mengikuti alur. Berjuang melawan arus. Terus menepis musuh dengan pedangnya dan melindungi diri dengan perisainya. Karena hidup ini adalah berjuang untuk mempertahankan posisi.
Sang pelatih masih saja menilainya pedas. Dia tidak tahu kalau sebenarnya pelatihnya itu berdecak kagum. Pelatih melihat sebuah kerja keras yang dimiliki sang atlit. Sebuah kerja keras layaknya singa kelaparan. Yang terus berlari walau ia tahu tenaganya sudah habis. Singa yang terus mengejar rusa.
Harapan terpanjat dalam hatinya. Semoga atlit bimbinganku akan menang. Semoga dia bisa mempertahankan posisinya. Semoga segala kerja keras yang ia kerjakan tidak sia-sia. Semoga singa yang ada pada dirinya akan terus ada sampai pertandingan besok.
Bunyi sepatu berdecit terus berdentuman. Seiring berjalannya waktu bunyi peluit terdengar. Waktu latihan selesai. Atlit mengambil handuk dan mengelap setiap keringat yang bercucuran. Siap pulang dan beristirahat untuk pertandingan besok.
Sang atlit tidak tahu kalau lapangan menjadi basah olehnya. Yang ia tahu hanya bekerja keras dan berjuang.
*****
Hari yang paling mendebarkan dimulai. Ia mengikat tali sepatu dengan kencang seperti seorang pelari yang akan berlari menembus angin. Tangannya mengambil raket dan memegangnya dengan kuat. Seakan raket adalah barang yang akan menolongnya dari segala kenistaan. Dia berdoa. Menambah keyakinannya.
Tuhan, Aku tidak akan meminta apa-apa selain kemenangan.
Riuh rendah penonton mulai terdengar. Dalam hatinya sang atlit berjanji tidak akan mengecewakan pelatihnya, Tidak akan mengecewakan semua orang yang mendukungnya. Dia akan terus berjuang dan berharap.
Karena ia tahu setiap detik yang diisi dengan kerja keras dan doa tidak pernah tersia-siakan.
*****

*dikutip dari James Keller, The christopher

Drizzle on Friday


Dear tetangga berdiagonal dengan rumahku..
Hampir dua bulan kita tidak bertemu. Ya, itu karena kamu sibuk dengan persiapan UN kamu dan aku sibuk dengan kegiatanku sendiri. Tapi, bukan itu yang mau kubahas. Bukan kesibukan kita masing-masing. Aku tak ingin membahas itu. Aku hanya ingin membahas tentang kita, tanpa penghalang bernama ‘kesibukan’
Tetangga, apa kamu ingat terakhir kita berangkat sekolah bareng? Ya..Ya.. kamu benar, di hari Jum’at (Hari kesukaanku tapi tentu kamu tak tahu #naas) Hari itu gerimis mendekati hujan. Aku salah satu pecinta hujan tapi ini bukan waktu yang tepat untuk bermain dengannya. Sialnya, angkot yang biasa lewat gak ada. Katanya sih kejebak macet. Aiihhh, aku berpikir kalau hari itu adalah hari kesukaan yang paling ku benci. Eith, but you came. Ketika gerimis, dihari Jum’at.
Kamu mengajakku jalan ke perempetan.
“ Yun, jalan aja yuk.”
Aku hanya mengangguk. Mengikutimu dari belakang.
Kamu tahu? Aku merasa kita seperti di film-film, di novel-novel. Orang-orang melihat kita. Tentu kamu tidak sadar. Karena kamu terus berjalan kedepan tanpa perduli tatapan mereka. Entah kenapa, aku jadi ingin tertawa. Menertawakan semuanya yang begitu lucu dan menyenangkan.
Yu no? Aku tidak pernah suka memakai  rok. Itu membuatku berjalan sangat (Dan lebih) lambat dari biasanya. Dan, itu terbukti. Kamu berada di depan jauh beberapa meter dari ku. Seharusnya aku mengejarmu, menyamai, dan berjalan bebarengan. Tapi, aku terlalu malu untuk melakukan itu. Aku, membiarkanmu terus berjalan ke depan.
Aku ingat, aku menyusuri jalanan aspal itu dengan kepala tertunduk. Melihat jalanan yang sedikit becek karena hujan malam hari. Tiba-tiba, sebuah intuisi membuatku mendongak ke arahmu. Jujur aku tertegun dengan apa yang kau perbuat. Kamu menungguku berjalan. Berdiri menatapku yang masih sibuk mengamati jalanan aspal.
Hari itu, tidak seperti hari yang lalu. Tidak seperti hari dimana kita menjalani masa remaja. Hari itu seperti hari disaat kita masih kanak-kanak. Kita melebur, mencair bersama gerimis di hari Jum’at.
Berlalu. Setelah itu tidak ada kelanjutan lagi.
Sekarang, kamu sudah menghadapi UN. Congrats. Dan, saya tahu kita tidak akan berangkat bareng lagi.
Sekarang, aku melewati jalan perumahan sendiri. Tidak bertemu kamu lagi dipersimpangan jalan.
Aku merasa kehilangan.
Hari ini, Kamis 25 April 2013..
Saatku berjalan pulang. Sedikit berlari ke arah koridor sekolah, aku melihatmu. Dan, sialnya salah satu temanku (dan kamu) menyeretku mendekatimu.
“ Yun, bilang sesuatu ke Bang ......” Katanya
Aku hanya menengok datar ke arah mu dan “ Hai, Bang”
Dan, kamu hanya membalas dengan senyuman kikuk.
Dan, temanku (dan kamu) lagi-lagi mengoceh. “ Ih, bilang yang itu yuuunnn! “
Aku tersenyum malas. Ya, aku tahu. Pasti ini tentang mantan kelas 3 sd mu itu. Yang super duper Agresif.
“ Udah dew, biarin si Yuyun pulang. Udah, Yun kamu pulang aja.”
Dan, temanku (dan kamu) melepas cengkraman..
Aku mengeloyor pergi. Oh Tuhan, itu loh wajah yang dari kemarin aku kangenin. Yang dulu pernah tiba-tiba nongol disampingku waktu mau berangkat kesekolah. Yang dulu pernah berteriak memanggilku. Yang dulu waktu masih kecil pernah ngasih aku sate. Itu loh, yang dulu selalu main sepeda bareng.
Yeah, selanjutnya aku pergi. Tidak peduli dengan apa yang terjadi selanjutnya tentang kita. Aku masa bodoh.
Aku tidak benar-benar pulang, sebenarnya. Malah nimbrung di kelompok 1 (Tari saman)
Saat ku benar-benar pulang ternyata takdir membawaku bertemu (lagi) denganmu. Di simpangan jalan dimana tempat kita biasa berpapasan. Aku berjalan lebih cepat (berharap kamu tidak melihatku). Aku malas (dan malu) bertemu denganmu. Tapi, sialnya (lagi-lagi) kamu meneriaki ku. Membuatku harus menoleh.
And then, aku tidak bisa bercerita lagi..
Tadi itu seperti mimpi..
Dan selang beberapa menit kemudian (lagi-lagi) gerimis menyerang bumi. Sama seperti gerimis di hari Jum’at.
Aku berharap, masih ada cerita diantara kita.
Dan, jika seandainya ada, aku akan membaginya pada dunia.
Deeply hide love
Yuke

Rabu, 24 April 2013

Ini yang aku rasakan.. (Faster)

Dengerin lagu ini, hayati maknanya. You'll find something you need in yourself

Faster
I can't see, 'cause it's burning deep inside
Like gasoline, a fire running wild
No more fear 'cause I'm getting closer now
So unreal, but I like it anyhow

I go faster and faster and faster and faster and faster and faster and faster

I can't live in a fairy tale of lies
And I can't hide from the feeling 'cause it's right
And I go faster and faster and faster and faster for life
I can't live in a fairy tale of lies
I can feel that you mesmerize my heart
I feel so free, I'm alive, I'm breaking out
I won't give in 'cause I'm proud of all my scars
And I can see I've been wasting too much time

I go faster and faster and faster and faster and faster and faster and faster

And I can't life in a fairy tale of lies
And I can't hide from the feeling 'cause it's right
And I go faster and faster and faster and faster for life
I can't live in a fairy tale of lies

And I can't live in a fairy tale of lies
And I can't hide from the feeling 'cause it's right
And I go faster and faster and faster and faster for life
And I can't live in a fairy tale of lies

A fairy tale of lies

Selasa, 23 April 2013

Somewhere ( To You)


Ane ngepost ini untuk seseorang. Hehehe entah kenapa kepikiran buat nge-publish lagu ini.  Ini lagu dari Within Temptation. Band kesukaan ane (daridulu). Kalau mau tahu lagunya download aja. Dijamin galau level dewa. wkwkwk, sambil baca liriknya juga. Karena, liriknya dalam melebihi laut Banda (cieleh lebay). 
Somewhere

Lost in the darkness, hoping for a sign.
Instead there is only silence,
Can't you hear my screams?
Never stop hoping,
Need to know where you are,
But one thing is for sure,
You're always in my heart.

I'll find you somewhere.
I'll keep on trying until my dying day.
I just need to know whatever it's happened,
The truth will free my soul.

Lost in the darkness, try to find your way home.
I want to embrace you and never let you go.
Almost hope you're in heaven so no one can hurt your soul.
Living in agony cause I just do not know
Where you are.

I'll find you somewhere.
I'll keep on trying until my dying day.
I just need to know whatever it's happened,
The truth will free my soul.

Wherever you are, I won't stop searching.
Whatever it takes, I need to know.

I'll find you somewhere.
I'll keep on trying until my dying day.
I just need to know whatever it's happened,
The truth will free my soul.

For You


Apakah kau teringat akan janji-janji yang kita buat?
Akankah hujan membuatmu berpikir sejenak tentang diriku?
Setidaknya hadirkanlah aku dalam otakmu
Walau durasinya hanya sebentar
Walau kecepatannya secepat cahaya
Hadirkanlah aku dalam sebesit hasratmu
Hasrat yang berisi cita-cita masa depan
Berikanlah aku seberkas jalan kecil
Untuk mewujudkan cita-cita yang telah kita rencanakan
Jangan kau tutup jalan itu dengan papan-papan penganggu
Atau, beton-beton yang membuatku menarik nafas frustasi
Biarkanlah aku memasuki jalan kecil itu
Menelusuri dinding-dindingnya
Aku tidak berharap lebih
Aku hanya berharap atas apa yang pernah kita bicarakan

Mars = You


Aku bukanlah pengikutmu mars
Aku terjebak dalam ikatan gravitasimu yang cukup kuat
Orang-orang memang menyebutku sebagai satelitmu
Phobos dan deimos,satelit mars
Tapi sejujurnya aku adalah asteroid yang terjebak
Aku benci setiap hari harus mengelilingimu
Melihat permukaan merah merekah yang selalu terjadi ledakan
Gunung-gunung raksasamu membuatku muak
Mengapa mereka selalu bereaksi?
Mungkin kah mereka ingin membuatku lebih lama terkekang?
Jika ia,sungguh licik caramu mars

It's call SUPERNOVA


Ledakan dalam hati menandakan semuanya sudah berakhir
Kali ini kita mengakhirinya sama seperti supernova
Hal super dahsyat mengakhiri cerita kita
Akhir yang manis nan spektakuler
Seperti akhir para bintang-bintang diluar angkasa
Gelombang kejutnya mampu memusnahkan medium antara kita
Percikan-percikan menari
Terlihat sampai ribuan juta cahaya
Lubang hitampun terbentuk
Semuanya terserap
Dan pada akhirnya,Bintang baru akan lahir kembali
Membuka lembaran baru

Senin, 22 April 2013

Happy birthday to you, My be(a)st friend :D


Hari ini dirimu memasuki sebuah jalan kecil
Sebuah koridor yang menampilkan setiap kenangan yang kau lalui
Sebut saja koridor waktu
Yang setiap dindingnya terpajang figura-figura dirimu
Koridor yang terbentuk dari sejarah-sejarahmu
Entah itu sejarah menyenangkan, sejarah memilukan, atau menegangkan
Kenangannya sangat kuat daripada memori otak
Koridor waktumu menampilkan segalanya
Sekarang, Dinding yang kau lalui hampir habis
Ini bukan akhir, kau akan memulai membangunnya lagi
Tidak dari awal, namun melanjutkan koridor yang telah kau buat
Periode koridor waktumu sudah tujuh belas tahun
Sekarang kau mulai membangun ke arah delapan belas tahun
Isi dinding koridor waktumu dengan figura-figura yang mengesankan
Berikan setiap warna dalam dinding-dindingnya
Jangan biarkan dinding itu kosong disetiap sisi-sisinya
Dan, Mulailah membangun ke arah delapan belas.

Wings


Dan, sekarang kau mematahkan setiap sayap-sayap yang sudah terbentuk
Kerangka yang telah ku susun kau hancurkan begitu saja
Jiwa-jiwa yang ada didalamnya kau buat menangis
Aku, Hanya bisa memohon
Kalau semua ini hanya mimpi buruk
Aku berharap sayap-sayapku terbentuk lagi
Berharap sayap-sayap itu dapat terbang
Membawa mimpi dan jiwa-jiwa itu kelangit
Bertemu dengan bintang
Tapi, aku sadar
Harapanku hanya harapan kosong
Ini bukan sebuah mimpi atau khayalan
Ini realita kehidupan
Kenyataan bahwa sayap-sayap yang sudah terbentuk telah patah
Jiwanya sebenatar lagi mati
Berharaplah ini akhir segalanya