Dear
tetangga berdiagonal dengan rumahku..
Hampir
dua bulan kita tidak bertemu. Ya, itu karena kamu sibuk dengan persiapan UN
kamu dan aku sibuk dengan kegiatanku sendiri. Tapi, bukan itu yang mau kubahas.
Bukan kesibukan kita masing-masing. Aku tak ingin membahas itu. Aku hanya ingin
membahas tentang kita, tanpa penghalang bernama ‘kesibukan’
Tetangga,
apa kamu ingat terakhir kita berangkat sekolah bareng? Ya..Ya.. kamu benar, di
hari Jum’at (Hari kesukaanku tapi tentu kamu tak tahu #naas) Hari itu gerimis
mendekati hujan. Aku salah satu pecinta hujan tapi ini bukan waktu yang tepat
untuk bermain dengannya. Sialnya, angkot yang biasa lewat gak ada. Katanya sih
kejebak macet. Aiihhh, aku berpikir kalau hari itu adalah hari kesukaan yang
paling ku benci. Eith, but you came. Ketika gerimis, dihari Jum’at.
Kamu
mengajakku jalan ke perempetan.
“
Yun, jalan aja yuk.”
Aku
hanya mengangguk. Mengikutimu dari belakang.
Kamu
tahu? Aku merasa kita seperti di film-film, di novel-novel. Orang-orang melihat
kita. Tentu kamu tidak sadar. Karena kamu terus berjalan kedepan tanpa perduli
tatapan mereka. Entah kenapa, aku jadi ingin tertawa. Menertawakan semuanya
yang begitu lucu dan menyenangkan.
Yu
no? Aku tidak pernah suka memakai rok.
Itu membuatku berjalan sangat (Dan lebih) lambat dari biasanya. Dan, itu
terbukti. Kamu berada di depan jauh beberapa meter dari ku. Seharusnya aku
mengejarmu, menyamai, dan berjalan bebarengan. Tapi, aku terlalu malu untuk
melakukan itu. Aku, membiarkanmu terus berjalan ke depan.
Aku
ingat, aku menyusuri jalanan aspal itu dengan kepala tertunduk. Melihat jalanan
yang sedikit becek karena hujan malam hari. Tiba-tiba, sebuah intuisi membuatku
mendongak ke arahmu. Jujur aku tertegun dengan apa yang kau perbuat. Kamu
menungguku berjalan. Berdiri menatapku yang masih sibuk mengamati jalanan
aspal.
Hari
itu, tidak seperti hari yang lalu. Tidak seperti hari dimana kita menjalani
masa remaja. Hari itu seperti hari disaat kita masih kanak-kanak. Kita melebur,
mencair bersama gerimis di hari Jum’at.
Berlalu.
Setelah itu tidak ada kelanjutan lagi.
Sekarang,
kamu sudah menghadapi UN. Congrats. Dan, saya tahu kita tidak akan berangkat
bareng lagi.
Sekarang,
aku melewati jalan perumahan sendiri. Tidak bertemu kamu lagi dipersimpangan
jalan.
Aku
merasa kehilangan.
Hari
ini, Kamis 25 April 2013..
Saatku
berjalan pulang. Sedikit berlari ke arah koridor sekolah, aku melihatmu. Dan,
sialnya salah satu temanku (dan kamu) menyeretku mendekatimu.
“
Yun, bilang sesuatu ke Bang ......” Katanya
Aku
hanya menengok datar ke arah mu dan “ Hai, Bang”
Dan,
kamu hanya membalas dengan senyuman kikuk.
Dan,
temanku (dan kamu) lagi-lagi mengoceh. “ Ih, bilang yang itu yuuunnn! “
Aku
tersenyum malas. Ya, aku tahu. Pasti ini tentang mantan kelas 3 sd mu itu. Yang
super duper Agresif.
“
Udah dew, biarin si Yuyun pulang. Udah, Yun kamu pulang aja.”
Dan,
temanku (dan kamu) melepas cengkraman..
Aku
mengeloyor pergi. Oh Tuhan, itu loh wajah yang dari kemarin aku kangenin. Yang
dulu pernah tiba-tiba nongol disampingku waktu mau berangkat kesekolah. Yang
dulu pernah berteriak memanggilku. Yang dulu waktu masih kecil pernah ngasih
aku sate. Itu loh, yang dulu selalu main sepeda bareng.
Yeah,
selanjutnya aku pergi. Tidak peduli dengan apa yang terjadi selanjutnya tentang
kita. Aku masa bodoh.
Aku
tidak benar-benar pulang, sebenarnya. Malah nimbrung di kelompok 1 (Tari saman)
Saat
ku benar-benar pulang ternyata takdir membawaku bertemu (lagi) denganmu. Di
simpangan jalan dimana tempat kita biasa berpapasan. Aku berjalan lebih cepat
(berharap kamu tidak melihatku). Aku malas (dan malu) bertemu denganmu. Tapi,
sialnya (lagi-lagi) kamu meneriaki ku. Membuatku harus menoleh.
And
then, aku tidak bisa bercerita lagi..
Tadi
itu seperti mimpi..
Dan
selang beberapa menit kemudian (lagi-lagi) gerimis menyerang bumi. Sama seperti
gerimis di hari Jum’at.
Aku
berharap, masih ada cerita diantara kita.
Dan,
jika seandainya ada, aku akan membaginya pada dunia.
Deeply
hide love
Yuke
Tidak ada komentar:
Posting Komentar