Kamis, 25 April 2013

Kepingan Surga



Dia memulai tapi tak bisa mengakhiri. Bahkan mengemis pada Tuhan untuk mengakhiri semua yang ia perbuat pun tidak membuahkan hasil. Terkadang ia ingin mengakhirinya sesuai dengan arti kata akhir secara harfiah. Tapi, ada beberapa hal yang masih mengganjal dalam hatinya sehingga ia mengurungkan niat.
Hujan di bulan Desember semakin menjadi-jadi. Menjilat tubuh bumi dengan air ditambah lagi petir yang menggelegar. Dingin menggelitik tubuh. Dia mempererat pelukan pada lututnya. Giginya bergemeletuk.
Diambilnya satu batang rokok di dalam laci. Ia nyalakan rokok itu. Dihisapnya dalam-dalam, berusaha mengusir dingin. Mata sembap itu menatap jendela. Kosong. Pikirannya melayang ke beberapa tahun yang lalu.
“Oh my god, Daren. Apa yang kamu lakukan dengan barang itu? “ suara Reana mengagetkan Daren.
“ Just taste it, Re. Ini membuat kamu merasa lebih kuat menghadapi perceraian orang tua kita. “
Reana mengambil suntikan yang sudah menempel di lengan Daren, adiknya. “Apa-apaan kamu. Jangan mengambil tindakan berdosa, bodoh! Ayah kita duta anti narkoba tapi kamu malah mengkhianatinya. Kamu malah memakan ayahmu sendiri. Daren, open your eyes, please! “
Tangan Daren menepis tangan Reana. “Ayah mengkhianati kita. Kita pantas mengkhianatinya. Biar dia hancur sama seperti kita. Is it a sweet revenge, right?”
Air muka Reana mendadak dingin. Hatinya mulai terasa seperti batu. Ia tidak menjawab pertanyaan retoris adiknya. Dan Reana membiarkan adiknya menggali kuburannya.
*****
Malam sangat sendu membuat dirinya semakin kacau. Rambut panjang hitam legamnya sangat kusut bagaikan benang yang digulung asal-asalan. Bungkus-bungkus rokok berserakan di pojok ruangan. Ia tidak kuat lagi. Tidak tahan lagi untuk mengambil sesuatu dilacinya.
Tangannya bergetar menggapai laci. Ia berusaha sekuat tenaga untuk mengambil barang itu. Barang yang membuatnya pelan tapi pasti masuk ke dalam sakaratul maut. Dia sendiri akhirnya terjerumus sama seperti adiknya.
Sengatan seperti semut terasa masuk ke dalam lengannya. Rasa bahagia, lega, dan tenang mengalir masuk beriringan dengan cairan tersebut. Tapi, masih ada sedikit akal dalam dirinya. Dia melepas suntikan itu dari lengannya. Darah merah kehitam-hitaman keluar dari lengannya.
Dia berteriak memekik. Membuat malam menjadi sekelumit kenistaan. Dia memulai tapi tak bisa mengakhiri. Dia berdoa tapi Tuhan tak membantunya. Dia mengemis pada Tuhan tapi sepertinya Tuhan memberinya karma. Mungkin Tuhan menganggapnya anak durhaka.
“Ayah, hentikan semua ini. Ayah, kalau ada orang yang bisa aku panggil Setan, itulah ayah. Atau malah ayah lebih parah dari itu. Ayah adalah pemimpin setan. Ayah adalah lucifer. Ayah adalah lucifer dalam kehidupanku dan Daren. Lucifer dalam masa depan kami! “
Plaaak. Tamparan hangat mendarat mulus.
“ Anak tak tau diri. Bisa-bisanya mengatai ayah dengan sebutan sekeji itu. Anak durhaka. Kamu akan mendapatkan karma karena perkataanmu itu. “
“Tuhan bantu Reana. Kalau ini sebuah karma tolong hapus. Kalau itu sebuah kutukan berikan aku sebuah penawarnya. “
Reana bagaikan berbicara dengan angin. Air mata meluncur di pipi porselan Reana. Bibir kering pucatnya bergetar. Keringat dingin yang mengucur dari tubuh Reana kian menggambarkan bahwa dirinya makin kesakitan. Reana yang malang. Reana yang cantik tapi akan mati konyol karena narkoba.
*****
Reana memasuki kamar Daren. Dia merasa frustasi dengan ayahnya. Dia tidak kuat lagi atas perlakuan ayahnya kepada ibunya yang semakin semena-mena. Dia juga mulai kesal dengan ibunya karena ibunya sok kuat. Perlihatkan saja kalau dia lemah. Itu tidak akan membuat Reana semakin hancur.
Selain rasa frustasi yang merasuki Reana. Ada rasa lain yang ia rasakan. Rasa rindu terhadap kebahagian. Rasa rindu terhadap ketenangan dan tentu saja rasa rindu tentang kenyamanan.
Mata Reana mencari. Tangannya menggeledah. Ternyata benda itu ada dilemari Daren. Reana mulai memasukan cairan itu kedalam suntikan. Sengatan seperti semut masuk kedalam tubuhnya lalu digantikan dengan rasa nikmat dan menyenangkan. Dia berbaring dikasur Daren dan merasakan sensasi bahagia.
*****
Jika aku mati, aku ingin bahagia. Jika aku mati, aku ingin masuk surga. Jika aku mati, aku ingin ayah dan ibu bersatu. Jika aku mati, aku ingin menemukan cinta sejatiku. Jika aku mati, aku ingin semua orang bahagia. Jika aku mati, aku ingin mati terhormat tidak karena narkoba. Jika aku mati, aku ingin segala sesuatunya kembali seperti dulu. Bahagia. Aman. Nyaman.
Tapi, aku tahu itu tidak mungkin. Aku tahu segala sesuatunya sudah berakhir saat aku menyentuh benda itu. Aku sudah memulainya tapi aku tak bisa mengakhirinya. Aku tahu aku tidak akan bahagia. Aku tahu aku tidak akan masuk surga. Aku tahu aku tidak akan mati terhormat. Aku tahu semua yang kuinginkan hanyalah angan.
Aku tidak sekuat yang kubayangkan. Aku rapuh. Aku hancur. Aku kepingan kertas yang telah dibakar. Tuhan, apa masih ada sedikit takdir baik untukku? Apa masih ada jalan untuk bahagia?
Saat itu aku butuh sebuah pelampiasan. Aku butuh rasa bahagia. Aku butuh rasa aman. Tuhan, maukah Kau memberiku kesempatan kedua? Tuhan, maafkan aku. Aku butuh hidupku. Aku ingin hidupku kembali.
Tuhan, jika kau tidak memberikanku kesempatan kedua, berikan aku kepingan kecil surga. Kepingan yang membuatku yakin kalau aku masuk surga. Kalau aku lebih baik mati ketimbang hidup. Tuhan, Berikan aku kepingan itu.
Tuhan, aku takut jika kau tidak memberikan kepingan itu. Aku takut jika aku disiksa. Aku takut jika kematianku lebih mengenaskan ketimbang kehidupanku.
*****
Jakarta, 14-Febuari-2013
            Anak dari mantan duta anti narkoba, Reana Renata ditemukan tewas dikamarnya pada kamis dini hari tadi. Dia ditemukan sangat mengenaskan. Disebut-sebut Reana meninggal karena narkoba.
Baru dua bulan yang lalu anak kedua dari Sastono Kusworo ditemukan meninggal di panti rehabilitasi karena HIV yang diidapnya.
Pada saat ini pemeriksaan masih berlanjut dikediaman Sastono Kusworo. Ditemukaannya beberapa jenis narkoba di kamar Reana yang memperkuat bukti bahwa penyebab kematian Reana  dikarenakan overdosis.
*****



1 komentar:

  1. haloo, namaku petra dari jgj kelas 2 sma, ak lagi blog walking kebetulan ak lagi magang di bentang pustaka jadi asisten editor dan nemu blog mu , hmm bisa minta e.mail ato YM? mungkin kita bisa bertemen aku jg suka nulis, ini e.mailku petraefataxd@gmail.com. And tulisanmu bagus :D Nice too meet you, :D

    BalasHapus