Rabu, 12 November 2014

Untuk Beliau yang Ku Panggil Ayah



Saat raga ini menghirup oksigen untuk pertama kali..
Saat raga ini menghentak-hentak udara, menangis,
Kau tersenyum bahagia memandangku
Putri kecilmu telah lahir.. kau kecup.. kau peluk..
Suara mu begitu ku kenal saat itu..
Sangat ku nantikan gerangan siapa pemilik suara tenor nan lembut..
Sangat ku nantikan setegas apa wajahnya.
Kumandang adzan mengalun ke daun telinga, mengalir memasuki jantung ini..
Setetes air mata mengalir, seperti embun sejuk disanubari
Satu tahun.. dua tahun.. tujuh belas tahun, berlalu begitu cepat…
Ayah, putrimu kini tumbuh menjadi seorang wanita
Telah banyak cerita yang kita lalui bersama..
Teringat ketika diriku menangis dihadapanmu,
 Ketika diriku membuat banyak kesalahan
Ketika diriku membuatmu kecewa..
Ayah, maafkan putrimu ini, begitu rapuh.. begitu lemah, tak setegar dirimu
Ayah, jikalau aurora bisa ku persembahkan untukmu,
Akanku  hadirkan  cahaya menarinya dihadapanmu
Akanku hadirkan gemerlap cantik zamrudnya
Ayah, betapa dirimu berarti bagiku.. betapa jiwa ini menyanjungmu..
Ayah, kau adalah dunia yang ku punya dan selalu ku punya
Ayah, aku mencintaimu… tanpamu ragaku tak terisi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar